Jejak Sebelumnya: Mbah Gimo
Tak terasa waktu kami tinggal sehari lagi di Gunung Sekincau dan tujuan terakhir kami yang sudah dirancang dari awal briefing adalah Kawah Gembura yang ada di sisi lain wilayah Gunung Sekincau. Untuk menuju kawah gembura kami juga menggunakan motor untuk menuju kesana dikarenakan perjalanan yang jauh dan jalur yang curam seperti menuju ke air terjun Mbah Gimo, akan tetapi untuk menuju ke kawah Gembura ini tidak sejauh ke air terjun Mbah Gimo. Karena jalur yang dilalui adalah kebun kopi, maka motor dapat melewati jalur ini hingga ke kawah, pada kesempatan ini kami tepat pada waktu para petani kopi memanen hasil kebunnya. Banyak petani yang lalu lalang melewati kami membawa karung-karung penuh berisikan kopi yang baru dipanen.
Sesampainya disana, kami langsung makan siang dan membuat kopi sembari menikmati pemandangan dari Kawah Gembura ini. Selepas makan siang, kami langsung menuju lokasi belerang yang mana kami ingin mengetahui semburan dari uap panas yang berasal dari lubang-lubang belerang itu. Kami juga mencoba mendekati kawasan belerang tersebut karena rasa penasaran kami dan kami mencoba bersuara keras di dekat semburan itu, karena ada pembicaraan jikalau seseorang berteriak di dekat semburan uap panas itu maka uap panas yang keluar akan mengeluarkan lebih banyak lagi volume uap yang keluar dari lubang belerang tersebut.
Setelah kami puas mengamati dan mendengarkan penjelasan yang dipaparkan oleh Bang Bali, kami menuju area lumpur panas yang biasanya digunakan untuk lulur kulit. Di daerah ini ada sumber air bersih dan berdekatan dengan air panas kawah, dan ada titik pertemuan kedua air tersebut yang membuat air menjadi hangat dan bisa digunakan untuk berendam dan mencuci muka. Kami mencoba untuk menjajal khasiat dari lumpur ini, dan kami juga membuat minuman hangat dari air bersih di sebelahnya. Walaupun cuaca panas tidak mengurungkan niat kami menjajal lumpur ini, ada yang mencoba bagian kaki saja, ada yang bagian tangan saja, ada yang bagian muka saja, dan ada yang mencoba hingga semuanya di lulurin dengan lumpur hangat. Dan setelah mencoba lulur lumpur ini kami membilas dengan air hangat terlebih dahulu setelah itu baru dibilas lagi dengan air dingin supaya khasiat dari lumpur lebih melekat dan mencegah kulit dari efek kaget karena panas lumpur.
Sebelum sampai ke daerah lumpur kami melewati daerah yang cukup berbahaya karena kami jalan diatas daratan hasil dari pengerasan lumpur yang ada di permukaan danau, jadi seperti berjalan di atas kaca dan itu sangat mengerikan dan menakutkan bagi saya sendiri. Dan intruksi dari bang Bali adalah jalan satu jalur karena ditakutkan akan ada kejadian yang tidak diinginkan ketika kami sedang melewati daratan ini. Kami sangat beruntung karena dapat melihat pasir hijau yang jarang dijumpai terutama di Indonesia. Kami awalnya terkejut karena melihat hijau-hijau di daratan, kami sebelumnya mengira itu adalah lumut dan setelah didekati tahunya adalah pasir yang berwarna hijau.
Setelah kami membilas dan membereskan kembali barang-barang, kami kembali ke tempat awal karena matahari sudah sangat terik. Akan tetapi sebelum pulang, kami diberi info bahwa selepas bermain di daerah lumpur ini harus melepaskan salah satu pakaian yang dikenakan karena ada mitos yang berkembang di daerah ini. Perjalanan pulang yang cukup melelahkan dan mengerikan karena harus melewati lagi pasir hijau dan daerah yang curam untuk kembali ke titik awal mulai pendakian ke kawah. Olehkarena banyaknya persimpangan dan jalur yang tertutup, kami memasang tanda untuk memudahkan untuk menuju ke kawah sehingga tidak tersesat. Setelah kami sampai dibawah kami langsung menuju resort untuk beristirahat dan bersiap untuk kepulangan pada esok harinya.
Hari terakhir di Gunung Sekincau kami berpamitan ke kepala dusun dan sekaligus menyerahkan rak buku untuk taman baca dan juga berpamitan kepada anak-anak Sekincau yang sudah selesai sekolah. Dan untuk terakhir kalinya kami berpamitan kepada pihak Resort Sekincau dan pihak TNBBS. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas sambutan yang hangat dan kami dianggap seperti keluarga sendiri sehingga sangat nyaman berada di wilayah Gunung Sekincau.
Dari perjalanan ke Gunung Sekincau ini kami mengetahui ada beberapa potensi dan masalah yang ada di Gunung Sekincau ini. Beberapa potensi dari Gunung Sekincau diantaranya adalah:
Sementara itu, beberapa masalah yang ada diantaranya adalah:
Pingback: Mt. Sekincau Belirang · Indonesian Forest